top of page

Wisata Religi Ke Kota Wali Di Cirebon

Pelataran Masjid Cipta Rasa Cirebon

Alhamdulillah, tepat tanggal 14 April 2018 pada Sabtu yang lalu kami dari Kuliah Dhuha Kang Rashied & Musafir Centre menyelenggarakan Musafir Goes To Cirebon bersama Kang Rashied. Lokasi ini dipilih karena merupakan salah satu kota para wali yaitu Sunan Gunung Jati yang merupakan salah satu dari Wali Songo yang telah berjasa menyebarkan Islam di Tanah Jawa.

Bersama 89 jamaah termasuk panitia dan Kang Rashied sekeluarga. Kami pergi dengan 3 bus yang berkapasitas 31 orang. Berkumpul di Masjid Raya Pondok Indah dan memulai aktivitas dengan shalat Shubuh berjamaah. Alhamdulillah kami berangkat pukul 06.00 pagi dan siap ke Cirebon. Durasi perjalanan yang diperkirakan sekitar 4 jam meleset menjadi 6,5 jam karena kondisi perjalanan di Cikampek sangat padat merayap karena terdapat proyek pembangunan MRT. Namun kondisi tersebut tak membuat para jamaah kehilangan semangat untuk berwisata religi demi mencari bening mata air kisah Sunan Gunung Jati.

MASJIDNYA PARA WALI

Ketika sampai Cirebon, waktu sudah memasuki waktu shalat Dzuhur selaras dengan destinasi pertama yang dikunjungi di Masjid Sang Cipta Rasa. Kami shalat berjamaah di selasar masjid dan diimami oleh Kang Rashied. Disini beliau memberikan tausiyah dan pengantar singkat mengenai sejarah masjid dan profil Sunan Gunung Jati.

Kami pun kemudian memasuki aula dalam masjid yang didominasi dengan nuansa merah. Di Sang Cipta Rasa terdapat 9 pintu yang berukuran kecil dan hanya cukup untuk satu orang saja yang lewat. Konon katanya di hari-hari biasa selalu ditutup hanya saat hari Jumat saja semua pintu di masjid ini dibuka. Dari dulu hingga sekarang juga ada tradisi azan pitu yang dilakukan oleh 7 orang sekaligus.

Kami mengantri masuk melalui pintu mungil yang hanya cukup untuk satu orang saja. Kami bersama-sama mendengarkan kembali tausiyah singkat Kang Rashied bersama sahabatnya seorang ustadz sejawatnya saat di Al-Azhar Mesir. Pandangan kami pun memandangi sekitara masjid yang begitu memukau. Saat memandang keatas, menghadirkan decak kagum, seluruh bangunannya terbuat dari kayu jati yang tersusun sangat indah dan ditengahnya terdapat chandelier untuk penerangan di waktu malam. Untuk menahan rangka-rangka kayu tersebut, diperkuat dengan baja agar bisa bertahan lebih lama. Disisi depan dan belakang di dalam ruangan masjid terdapat beberapa ruangan berukuran 4 - 5 shaf shalat yang digunakan khusus untuk orang-orang kesultanan. Namun kami tak bisa berlama-lama karena waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 dan perut ini sudah semakin keroncongan.

Sering mendengar cerita tempat yang satu Nasi Jamblang Ibu Nur ini sangat ramai pengunjung, maka destinasi ini menjadi pilihan. Alhamdulillah dalam perjalanan kali ini kami diberi kemudahan karena relatif tidak terlalu ramai, jadi mudah untuk parkir dan aman dalam mengantri. Nasi jamblang ini sangat menarik, kita dapat menikmati santapan dengan piring yang beralaskan daun lebar, nasi dan kita bebas memilih lauk apa saja yang kita inginkan. Semakin banyak, maka semakin banyak yang harus kamu bayar.

MENGUNJUNGI MAKAM SUNAN GUNUNG JATI

Situasi yang sangat ramai, itu yang terlihat saat bis kami memasuki lapangan parkir. Kami berjalan cukup jauh untuk sampai ke pemakaman, semakin tinggi kami naik suasana semakin hening. Saran, jika kemari dan ingin bersedekah, disini cukup banyak pengemis dan menyediakan kotak-kotak amal. Di setiap pintu utama dijaga oleh kuncen resmi yang berseragam kain, berbaju putih dan menggunakan penutup kepala.

Masyaallah saat kesana disana-sini terdengar suara lantunan yassin dan tahlilan karena setiap rombongan bertujuan seperti itu untuk mendoakan beliau. Semoga doa-doa dari kami ini mengalirkan pahala yang deras untuk almarhum Sunan Gunung Jati.

Alhamdulillah Ala Kulli Hal, kami bisa mencapai puncak karena tak dibuka untuk umum. Hal ini karena beliau adalah Sultan Cirebon yang pertama dan di sisi bagian dalam menuju pemakaman banyak hiasan-hiasan porcelen dari Tiongkok yang merupakan pemberian istrinya asal Tiongkok, putri Ong Tien (Dari Kekaisaran Tiongkok)Masyallah. Hanya saja aturannya kami tidak diperbolehkan untuk merekam dan mengambil gambar. Saya nikmati dan resapi dalam hati saja.

Suasana syahdu terasa ketika bersama-sama membacakan doa, yassinan dan tahlilan untuk beliau dengan niat hanya kepada ALLAH. Tak terasa air mata ini menetes usai membacakan yassinan. Terima kasih sudah menyebarkan Islam di tanah Jawa. Sebagai seorang wali engkau sudah sangat dihormati hingga detik ini, tiba-tiba terlintas bagaimana dengan Rasulullah dan Para Sahabatnya? Tentu akan lebih membuat berderai air mata. Terima kasih sudah memperkenalkan Islam, semoga kami juga senantiasa dapat menjalankan segala perintah Allah Swt.

MENUTUP PERJALANAN DENGAN SANTAP MALAM DI EMPAL GENTONG

Tak terasa sudah hampir dipenghujung jalan, sebelum mengakhiri perjalanan di Cirebon kami bersama-sama mengisi perut di Empal Gentong H. Apud yang sangat terkenal. Membuat lidah berdansa! Ini bukan pertama kalinya saya menikmatinya karena saya suka mencobanya di salah satu ruko Empal Gentong. Nikmat! Namun tak lengkap sebelum kita pulang kita membeli oleh-oleh dan berbelanja di toko Daud.

Sampai jumpa di acara berikutnya!


bottom of page