top of page

Ruang Rasa Untuk Mendengar



Saya pertama kali memulai perjalanan ini dari membaca buku Lost and Found karya Nirasha Darusman yang memang sudah beberapa lama saya ingin baca. Saya dulu mengetahuinya ketika ia berbagi perjalanan ceritanya melalui podcast hingga suatu hari kakak saya meminjamkan bukunya di tahun 2023.


Tes. Menitikkan air mata saat membacanya sekaligus menyadari bahwa saya sudah berada di jalur yang tepat menyampaikannya lewat tulisan. Bulan September 2022 saya berkesempatan menulis untuk project indie, “Kita dan Kata-Kata” dan bulan Desember 2022 saya kembali mendapatkan kesempatan untuk bercerita melalui antologi, "Hidup Dengan Masa Lalu" disini saya menceritakan perjalanan kehilangan Ibu saya dengan detail dan bagaimana kepergiannya mengubah kehidupan saya.


Saat menutup buku tersebut saya sadar saat itu saya telah berada di ruang yang tepat. Menulis. Saya pun mulai mengikuti akun pribadi penulis dan community yang dibentuknya, @grieftalk tetapi hanya sekedar follow. Hingga akhirnya postingan di feed itu coba saya ikuti ketika komunitas tersebut mengadakan @grieftalk mingguan dan saya meminta link untuk bergabung di zoom tersebut. Jujur, hal tersebut membutuhkan energi yang cukup besar dan keberanian, setelah memantau instagramnya beberapa bulan ke belakang waktu itu untuk pertama kalinya saya mencoba ikut sebagai pendengar.


Beberapa kisah diceritakan, saya yang sudah dua kali ikutan pun masih menjadi pendengar saja namun hati ini terasa hangat. Beberapa kali cerita yang terlintas kata, “mirip dengan saya” dan memberikan respon dalam ketikan, “big hug, peluk erat or sorry for your loss,” kepada mereka yang sudah bercerita. Teringat satu petikan judul penyanyi legendary, Michael Jackson, “You’re a Not Alone.” Mereka yang tergabung disini dari berbagai kalangan, usia, profesi namun merasakan “kehilangan.” Beragam kisah ada yang kehilangan orangtua, kekasih, belahan jiwa dan anak serta bagaimana mereka mengarungi kehidupan tanpa orang-orang yang berarti dalam kehidupannya.


Itupun saya rasakan kehilangan Ibu di tahun 2009 lalu dan menghadapi kehilangan di tahun 2021 ternyata bukan berarti saya sudah jago karena sudah pernah merasakannya 14 tahun yang lalu. Tetapi hal tersebut menghadirkan rasa “oh seperti ini rasanya” ketika di momentum special tak ada lagi orangtua kandung yang disungkemi. Kepergian mereka memberikan pelajaran berharga bagaimana harus struggle untuk survive bertahan hidup, ketika kebahagiaan diri adalah prioritas tertinggi, segala kehidupan dan keputusan itu merupakan tanggungjawab diri sendiri dan sebaik2nya tempat bergantung adalah Tuhan.


Tetapi menemukan “ruang satu ini” ini memberikan kehangatan. Dari sini saya juga memahami ada berbagai macam cara untuk mengisi. Ada yang dengan bercerita dengan lisan membuat mereka lebih bermakna, namun ada pula yang melalui karya ataupun tulisan. Saya mengadaptasi yang kedua, memberikan ruang runut bercerita dalam bentuk tulisan untuk mengenang mereka yang telah tiada.


Tetapi saya sangat memahami bercerita itu membutuhkan energi, begitupula mendengar tetapi rasa hangat itu ada di dalam hati. Ruang rahasia ini sungguh menghangatkan. Tetapi kesimpulannya, mengenang orang-orang yang sudah tiada bukan berarti tidak move on atau melanjutkan hidup, namun berarti itu cinta dan keberadaan orang tersebut begitu berharga.



Salam,



Jumat, 16/6/23

bottom of page